#Masyhur Tapi Tak Shahih : Hadits “Bekerjalah Untuk Duniamu Seakan-akan Engkau Akan Hidup Selamanya”

#Masyhur Tapi Tak Shahih : Hadits “Bekerjalah Untuk Duniamu Seakan-akan Engkau Akan Hidup Selamanya”

Seri #MasyhurTapiTakShahih

Hadits ke-25 :

اعمل لدنياك كأنك تعيش أبدًا واعمل لآخرتك كأنك تموت غدًا

“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan beramal lah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok”

Derajat hadits: Tidak ada asalnya.

  1. Syaikh Al-Albani dalam “Adh-Dha’ifah” (hadits ke-8) mengatakan: “Hadits ini tidak ada asalnya meskipun populer di lisan pada zaman-zaman belakangan…”. (Lihat juga: “Ishlahul Masajid” hal. 68).
  2. Dalam “Al-Fatawa” oleh Lajnah Da’imah (29/269) no. 13793 disebutkan: “Perkataan tersebut bukanlah hadits yang ma’fu’ dari Rasulullah ﷺ”.
  3. Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam “Syarah Arba’in Nawawiyah” (hal. 391) mengatakan:  “Hadits ini dinisbatkan periwayatannya dari Nabi ﷺ padahal ia bukanlah hadits”. Beliau juga berkata dalam “Fatawa Nur ‘alad Darbi” (2/234): “Perkataan yang terkenal ini tidaklah sahih berasal dari Nabi ﷺ, melainkan merupakan termasuk kedalam hadits palsu”.

Saya (penulis) katakan: Terdapat penulis kontemporer yang telah membahas hadits ini secara khusus dalam sebuah risalah berjudul “iyyaaka an taghtarra bihadiits i’mal lidunyaak” (Jangan tertipu dengan hadits ‘bekerjalah untuk duniamu’). Dalam tulisan tersebut dinyatakan bahwa hadits dengan lafaz tersebut tidak ada asalnya dari Rasulullah ﷺ.

Ta’liq (Komentar):

Saya katakan: Syaikh Al-Albani r berkata dalam “Adh-Dha’ifah” (1/63) mengomentari hadits ini  : “Kemudian bahwa konteksnya disini tidak menunjukkan bahwa beramal yang disebutkan dalam hadits ini adalah pekerjaan untuk dunia, akan tetapi justru secara zahir yang dimaksud adalah beramal untuk akhirat, dan tujuannya adalah untuk mendorong kita agar terus menerus melakukan amal shalih dengan tenang serta tidak terputus, sebagaimana sabda Nabi ﷺ: “Sebaik-baik amal di sisi Allah adalah yang konsisten, meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Guru kami, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin r berkata: “Perkataan yang terkenal ini tidaklah shahih berasal dari Nabi ﷺ, melainkan merupakan termasuk kedalam hadits palsu. Kemudian maknanya juga bukanlah sebagaimana yang dibayangkan oleh kebanyakan orang, yaitu menyibukkan diri dengan urusan dunia dan mengabaikan urusan akhirat, akan tetapi maknanya adalah kebalikannya, yaitu bersungguh-sungguh dan bersegera dalam urusan akhirat, dan bersikap santai dalam urusan dunia, karena ucapan: “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya” maksudnya adalah bahwa apa yang tidak selesai hari ini akan selesai esok hari, dan apa yang tidak selesai esok hari akan selesai esok lusa, maka bekerjalah secara perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa, jika kamu melewatkan hari ini, maka apa yang kamu lewatkan hari ini akan datang esok hari dan seterusnya. Adapun untuk akhirat, “Dan beramalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok” yakni mulailah beramal dan janganlah kamu mengundurnya, dan anggaplah bahwa kamu akan mati besok, bahkan saya katakan anggaplah bahwa kamu akan mati sebelum besok, karena manusia tidak mengetahui kapan ajal itu akan menjemputnya. Dan Ibnu ‘Umar h telah berkata: “Jika kamu berada diwaktu pagi, janganlah menunggu waktu sore. Dan jika kamu berada diwaktu sore, janganlah menunggu waktu pagi. Gunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu dan gunakan waktu hidupmu sebelum datang kematianmu”. Inilah makna ungkapan populer ini. Jadi kesimpulannya adalah bahwa perkataan ini tidak shahih berasal dari Rasulullah ﷺ, serta maknanya tidak seperti yang dipahami oleh kebanyakan orang, yaitu menyibukkan diri dengan urusan dunia dan tidak mementingkan urusan akhirat. Akan tetapi maknanya adalah bersegera untuk mengerjakan amalan akhirat, tidak mengulur-ngulur waktu dan tidak meremehkannya. Adapun urusan dunia maka sifatnya fleksibel, yang belum selesai pada hari ini, akan selesai pada hari esok dan seterusnya…”. (Fatawa Nur ‘alad Darbi 2/234)

Saya katakan: Bagian kedua dari hadits ini menyerukan untuk memperpendek angan-angan di dunia. dan ini didukung oleh dalil-dalil yang shahih, di antaranya adalah hadits Ibnu Umar h di dalam Shahih Bukhari (6416) ia berkata, Rasulullah ﷺ pernah memegang bahuku lalu bersabda, “Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan kamu adalah orang asing atau seorang musafir”. Kemudian Ibnu Umar berkata: “Jika kamu berada diwaktu pagi, janganlah menunggu waktu sore. Dan jika kamu berada diwaktu sore, janganlah menunggu waktu pagi. Gunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu dan gunakan waktu hidupmu sebelum datang kematianmu“.

Berkata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin r: “Nabi bersabda kepada Ibnu Umar: “Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan kamu adalah orang asing atau seorang musafir”. Subhanallah, Allah telah memberikan kepada Nabi-Nya Jawami’ul Kalim (kata-kata yang singkat padat jelas penuh makna), kedua kata ini bisa menjadi pedoman bagi hidup manusia. Perbedaan antara keduanya adalah bahwa musafir adalah seorang yang melakukan perjalanan melewati suatu kampung kemudian berlalu darinya (tanpa menetap). Adapun orang asing adalah ia yang singgah dan tinggal di kampung itu untuk sementara sampai ia keluar dari sana. Bisa jadi ia tinggal disana selama dua hari, tiga hari atau sepuluh hari atau bahkan sebulan. Masing-masing dari kedua jenis ini (musafir atau orang asing) tidaklah menjadikan kampung yang mereka singgahi itu sebagai tanah air, atau tempat tinggal permanen. Maka Rasulullah berkata bahwa jadilah engkau di dunia seperti orang ini, baik itu orang asing atau musafir. Keduanya tidaklah menjadi penduduk permanen, mereka ingin kembali ke keluarganya dan negerinya. Kalau seandainya seseorang memperlakukan dirinya di dunia ini dengan sikap seperti ini, niscaya ia akan selalu mengarahkan pandangannya kepada akhirat, tidak ada yang dia tuju kecuali hanya akhirat. Yang terlihat didepan matanya hanyalah akhirat sehingga ia akan melangkah kesana sampai ia tiba pada tujuannya. Dan Ibnu Umar berkata: ‘Jika kamu berada diwaktu pagi, janganlah menunggu waktu sore. Dan jika kamu berada diwaktu sore, janganlah menunggu waktu pagi.‘ Maksudnya janganlah kamu mengira bahwa jika kamu hidup diwaktu pagi maka kamu pasti akan hidup diwaktu sore, atau jika kamu hidup diwaktu sore maka kamu pasti akan tetap hidup sampai pagi. Betapa banyak orang yang masih hidup diwaktu sore tapi ia tidak bisa mendapatkan waktu pagi. Betapa banyak orang yang memakai bajunya namun baju itu tidak ditanggalkan kecuali oleh orang yang memandikan jenazahnya. Dan betapa banyak orang yang pamit dari keluarganya untuk bekerja diluar rumah, lalu keluarganya telah menyiapkan untuknya makan siang atau makan malam, namun ia tidak pernah memakannya. Dan betapa banyak orang yang tidur namun ia tidak pernah bangun dari tempat tidurnya. Yang terpenting bagi manusia adalah janganlah ia memanjangkan angan-angan. Tetapi hendaknya ia waspada, cerdas, tegas dan bijak. Inilah makna perkataan Ibnu Umar: ‘Jika kamu berada diwaktu pagi, janganlah menunggu waktu sore…’ dst“. (Syarah Riyadhus Shalihin 3/358)

 


Diterjemahkan dari Kitab “Is’aaful Akhyaar bimaa isytahara wa lam yashih min Al-Ahaadiits wal Aatsaar wal Qashash wal Asy’aar” karya Muhammad bin Abdullah Bamusa

Copyright © 2025 Abu Azzam Al-Banjary